21.5 Peran PMR Dalam Menghadapi dan Mencegah Banjir Sebagai anggota PMR di unit sekolah masing-masing mempunyai peran dalam hal menghadapi dan mencegah bencana banjir. Peran tersebut antara lain : a. Memberitahu apa yang kita ketahui pada keluarga, masyarakat, dan teman-teman kita. b. Menghimbau masyarakat untuk melakukan kegiatan mencegah banjir.
AntisipasiDatangnya Musim Hujan, Anies Tambah Alat Ukur Curah Hujan di 267 Kelurahan Rizki Nurmansyah Rabu, 13 Oktober 2021 | 11:55 WIB Seorang petugas BMKG mencatat angka yang ditunjukkan alat ukur curah hujan type Hillman di stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Malang, Jawa Timur, Kamis (15/10/2020).
Terlihatjelas pada saat musim kemarau tiba. Kebutuhan penduduk akan air baik pada musim penghujan ataupun datangnya musim kemarau sama besarnya. Sedangkan keberadaan Balong di wilayah Kecamatan Sembawa dapat membantu memenuhi kebutuhan air masyarakat Sembawa tetapi tidak bisa menjadi alternatif utama dalam penyelesaian masalah air tersebut.
Fast Money. Persoalan sampah masih menjadi salah satu tantangan bagi kota-kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Selama pandemi Covid-19 permasalahannya kian bertambah yang tercermin dari meningkatnya timbunan sampah rumah tangga. Berdasarkan survei yang dilakukan Waste4Change pada masa pandemi di DKI Jakarta, mayoritas rumah tangga mengaku terjadi peningkatan timbunan sampah. Ini tak lepas dari perubahan pola produksi sampah karena aktivitas warga banyak dilakukan di rumah. Adapun yang mengaku tidak mengalami perubahan timbunan sampah hanya sekitar 17 persen dari 132 rumah tangga yang disurvei. Dari jenisnya, timbunan sampah organik merupakan yang paling banyak peningkatannya. Hal tersebut diakui oleh 35 persen responden. Rata-rata peningkatan produksi sampah yang umumnya berupa sisa memasak ataupun sisa makanan ini mencapai dua kali lipat. Hal itu sejalan dengan kebiasaan memasak di rumah yang meningkat. Selanjutnya ada sampah plastik. Sebanyak 22,3 persen rumah tangga mengatakan, timbunan sampah plastik mereka meningkat di awal masa pandemi. Peningkatan terjadi karena kebiasaan memesan makanan ataupun belanja secara daring, konsumsi cemilan, dan upaya kebersihan. Menurut survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, kegiatan belanja online masyarakat memang mengalami lonjakan. Jumlahnya naik dari 1-5 kali dalam sebulan menjadi 1-10 kali per bulan. Sampah-sampah medis juga menunjukkan kenaikan. Tambahan produksi sampah yang didominasi masker sekali pakai ini sekitar 1,5 persen. Meski kecil, tapi berpotensi terus meningkat dan menjadi klasifikasi baru yang akan terus ada selama pandemi. Produksi sampah di wilayah DKI Jakarta terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta UPST Dinas LH Jakarta mencatat, sampah yang masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantargebang sekitar 5,1 ribu ton/hari pada 2011. Pada 2019, angkanya naik menjadi sekitar 7,7 ribu ton/hari. Melihat jenisnya, sampah oraganik –sisa makanan, kertas, kayu dan rumput, serta karet/kulit berkontribusi sekitar 55 persen. Sementara sampah plastik mengambil persentase sekitar 31 persen dan 14 persen sisanya masuk kategori lain. Solusi Daur Ulang Sampah Berdasarkan persoalan sampah yang terpotret selama pandemi, ada potensi peningkatan timbulan sampah domestik di sekitar wilayah rumah tangga di Jakarta. Belum lagi dari sampah medis yang bisa meningkatkan potensi penyebaran penyakit jika tidak dikelola dengan benar. “Solusi dari permasalahan tersebut adalah melakukan pemilahan sampah mulai dari sumbernya seperti dari rumah dan memastikan pengelolaan sampah setelah diambil dari rumah kita dilakukan secara bertanggung jawab,” ujar Head of Communication and Engagement Waste4Change Hana Nur Auliana. Bentuk pertanggungjawabannya, Hana menambahkan, pengangkut sampah tidak mencampur aduk sampah. Mereka mengetahui kemana masing-masing sampah diolah dan menaati peraturan pengelolaan sampah residu. Semangat pengelolaan sampah mulai dari rumah setidaknya sudah dimiliki oleh warga Jakarta. Masih berdasarkan survei yang sama, sekitar 25 persen rumah tangga sudah melakukan pemilahan dan mengumpulkan sampah anorganik ke pengepul, bank sampah, atau pemulung. Sedangkan sekitar 15 persen responden mengaku sudah melakukan upaya pengkomposan. Sementara dalam upaya mengurangi sampah plastik, kebiasaan hijau’ saat belanja online juga bisa dilakukan. Mulai dari berbelanja di tempat yang menjalankan konsep less plastic packaging dan meminimalisir pemakaian alat makan atau kemasan sekali pakai. Selain itu, belanja di tempat dan waktu yang sama dalam jumlah besar untuk menghindari pembelian produk satuan berulang. Ada cara mudah untuk ambil bagian dalam kegiatan daur ulang sampah anorganik. Waste4Change menawarkan jasa layanan personal waste management. Cukup memilah sampah sesuai kategori dan nantinya akan ada tim penjemputan yang secara rutin datang membawa sampah dari rumah tangga. Sampah yang dibawa dari mitra angkut Waste4Change nantinya akan diolah kembali. Sampah yang bisa didaur ulang akan diproses lebih lanjut oleh mitra daur ulang. Dengan pola seperti ini usia hidup material akan semakin panjang dan timbunan sampah di TPA akan berkurang. “Keuntungan lainnya dengan turut serta dalam program ini, para klien Waste4Change telah mendukung terbentuknya green jobs untuk para pekerja sektor pengelolaan sampah informal,” ujar Hana. Waste4Change berharap, dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dari rumah, terutama di masa pandemi ini, tingkat daur ulang dan pengelolaan sampah akan naik. Selain demi menjaga kesehatan masyarakat, Waste4Change juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada kesejahteraan pekerja sektor informal pengelolaan sampah seperti pemulung. Mereka berhak atas lingkungan kerja yang aman dan kehidupan yang layak.
Kompas TV nasional update Senin, 20 September 2021 2027 WIB Ilustrasi sektor pertanian Indonesia. Sumber Kementerian Pertanian JAKARTA, - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG memprediksi, musim penghujan akan tiba lebih awal pada akhir tahun ini. Menanggapi laporan BMKG tersebut, Kementerian Pertanian Kementan pun mengeluarkan sejumlah langkah antisipasi untuk menekan dampak musim penghujan terhadap hasil produksi bahan pangan. Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengatakan, salah satu langkah yang bakal diambil yakni pemetaan wilayah produksi pangan pokok yang rawan banjir. "Kemudian, akan disiapkan pula early warning system EWS untuk pemantauan rutinan, bersamaan dengan terus dipantaunya laporan BMKG," kata Harvick dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin 20/9/2021. Baca Juga Dialihkan Jadi Perumahan dan Dijual, Lahan Pertanian di Palu Menyusut Di samping itu, Kementan juga akan melakukan penyediaan bantuan benih gratis bagi petani, maksimal 20 hari setelah banjir terjadi. Tak lupa, Harvick menambahkan, Brigade La Nina pun akan dibentuk untuk membantu petani dalam menghadapi tantangan cuaca. Seperti membantu persiapan pompanisasi in-out dari sawah, termasuk rehabilitasi jaringan irigasi tersier atau kuarter. "Kami juga akan melakukan sosialisasi penggunaan benih padi tahan genangan, seperti Inpara 1 sampai 20, Inpari 29 dan 30, Ciherang Sub 1, Inpari 42 Agritan, serta varietas unggul lokal lainnya," jelas Harvick. Baca Juga Wapres Sebut Pertanian Tulang Punggung Ekonomi Saat Pandemi, Kesejahteraan Petani Masih Jadi PR Harvick menuturkan, selain langkah-langkah antisipasi yang bersifat teknis tersebut, Kementan bakal menyiapkan pula bantuan permodalan berupa asuransi usaha tani padi AUTP. "Kami akan sosialisasikan bantuan ini sambil terus memantau ketersediaan pangan pokok strategis di setiap daerah," terang Harvick. Adapun, menurut Harvick, pasokan komoditas pangan saat ini terbilang cukup aman. Meskipun terdapat beberapa provinsi yang mengalami defisit pasokan pangan. Untuk mengantisipasinya, Kementan pun memberikan stimulus bantuan biaya pengiriman pasokan pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit. Baca Juga Hadapi Pertanian Era Jokowi Ajak Petani Jadi Smart Farming "Juga mengaktifkan Toko Tani Indonesia untuk membantu pemasaran seluruh produk pertanian oleh petani," sambung Harvick. Sebagai informasi, hingga akhir pekan kedua September 2021, Kementan mencatat stok beras masih ada sebanyak 7,62 juta ton, jagung 2,3 juta ton, cabai besar ton, cabai rawit ton, dan bawang merah ton. Menurut laporan BMKG, musim penghujan tercatat sudah masuk ke wilayah Sumatera pada pertengahan September ini. BMKG juga melaporkan, Oktober 2021 akan menjadi awal masuk masuk musim penghujan di wilayah Jawa dan Kalimantan. Sumber BERITA LAINNYA
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Banyak sampah yang terbengkalai di sekitar kita. Saluran air yang penuh dengan sampah. Bahkan tempat pembuangan akhir sampai menggunung. Menurut kementerian lingkungan hidup dan kehutanan KLHK menyebutkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah yang terhitung. Sampah tersebut bersumber dari 37,3% sampah rumah tangga, 16,4% dari pasar tradisional, 15,9% dari kawasan komersil dan 14,6% sampah berasal dari sumber lain. Dari data KLHK tersebut dapat dilihat bahwa sumbangsi sampah terbesar adalah dari limbah rumah tangga, ditambah dengan kebiasaan kita di era pandemi ini yang sering menggunakan kemasan-kemasan sekali pakai. Tak bisa dipungkiri jumlah produksi sampah meningkat. Karena pada dasarnya saat kita belanja online, itu menambah jumlah sampah plastik contohnya bubble wrap masih ditambah lagi plastik pembungkusnya. Adanya banyak sampah disekitar kita tentu membuat kita tidak nyaman, selain menimbulkan bau yang tidak sedap juga dapat menjadikan sarang penyakit. Tidak hanya itu, sampah juga dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir. Selain itu saat kita membuang sampah di sungai juga akan mencemari air. Mengurangi jumlah air bersih. Hal tersebut juga menjadikan banyak hewan laut dan komoditas air terganggu dan terancam punah. Meningkatnya jumlah sampah tersebut juga dikarenakan pengelolaan sampah yang kurang baik bahkan TPA terkesan menjadi gunung sampah yang siap meledak. Dan pemerintah terasa kurang berperan langsung dalam lapangan dengan melakukan sosialisasi maupun inovasi yang dibuat untuk menanggulangi masalah sampah pembuangan ahir TPA yang menggunung terjadi karna 2 hal, yaitu 1. Lambatnya pemrosesan atau pengolahan sampah 2. Banyak dan cepatnya sampah yang datang. Lambatnya pemrosesan mungkin bisa diatasi dengan memperjelas mau diapakan sampah-sampah tersebut. Akan lebih mudah kalau sudah langsung dibedakan dan tidak di tumpuk bersamaan. Misalnya sampah organik diangkut oleh mobil di hari senin. Kemudian hari yang berbeda digunakan untuk mengangkut sampah plastik. Tempat pengumpulannya juga harus dibedakan, sehingga nantinya bakal lebih mudah untuk melanjutkan mau diapakan sampah sampah tersebut. Hal ini akan memudahkan dalam mengatasi permasalahan nomer 1. Untuk mengatasi permasalahan nomer 2 bisa dengan sosialisasi tentang kepekaan terhadap sampah, memilih dan menempatkan sampah sebagaimana mestinya, bukan hanya membuangnya tanpa memikirkannya. 1 2 Lihat Nature Selengkapnya
pentingnya penanganan sampah dalam menghadapi datangnya musim penghujan